Pages

Jumat, 30 Agustus 2013

Kehidupan Masa Depan

        Sebagai anak sulung, pastinya ada beban tertentu yang dipikul, meskipun beberapa orang tua tak terlalu bergantung pada si sulung, tapi kita tak pernah tahu apa yang akan terjadi nantinya. Masa depan adalah sesuatu yang tak bisa ditebak, tapi bisa dipola dari masa sekarang. Meskipun kelak, masa depan akan menjadi masa lalu tentunya kita tak mau mempunyai kenangan yang tidak mengenakkan, maka dari sekarang, masa depan harus dipersiapkan.
       Saya sebagai anak sulung dari dua bersaudara merasa bahwa saya adalah wakil orang tua di masa depan, saya punya adik, dan kepada siapa lagi ia bergantung selain kepada orang tua dan saya sebagai kakak. Meskipun sebenarnya saya tidak akan membiarkan adik saya menjadi benalu, dengan artian bahwa dia harus bergantung pada dirinya sendiri dan tidak manja. Orang tua saya mengajarkan bahwa hidup tidak haru selalu mewah, dan segala sesuatu harus didapatkan dengan usaha dulu, berbeda dengan anak zaman sekarang yang begitu mudah sekali mendapatkan apa yang mereka mau dengan fasilitas yang memadai, ya memang tidak semua anak, tapi ini berdasarkan survey yang saya amati secara tidak sengaja dari beberapa anak didik saya di sekolah.
       Di umur yang hampir 21 ini, saya mulai merasakan bahwa saya tidak boleh bersantai dalam hidup, sudah bukan waktunya lagi saya merengek meminta suatu hal pada orang tua. Sudah tidak lucu lagi, bukan? Kemudian sampai pada satu fase dimana saya mulai berfikir, bahwa orang tua saya nantinya harus hidup bahagia karena saya, anaknya. Tentunya saya harus bekerja sama sebagai satu team dengan adik saya. Di kehidupan nanti saya harus membuat orang tua saya menikmati masa tua dengan nyaman. Nyaman dalam segala hal. Nyaman dalam hal tempat tinggal, nyaman dalam menjalani hidup, dan yang paling krusial adalah mereka harus nyaman dalam beribadah.
     Saya sekarang sudah menginjak tingkat akhir, fase dimana mahasiswa mulai galau dengan apa yang akan terjadi setahun kemudian. Apakah nantinya mudah mendapatkan pekerjaan, atau hanya berjalan melawan matahari dengan selembar ijazah dan CV di tangan? Maka dari itu, saya ingin serius dalam hal pendidikan. Bekerja tanpa ilmu, apalah gunanya. Jangan menjadikan diri sebagai sampah masyarakat karena minim ilmu.  
     Saya begitu miris kadang melihat beberapa orang begitu melecehkan mahasiswa meskipun, beberapa mahasiswa memang membuat dirinya sengaja untuk dilecehkan, oleh karena itu saya bertekad kuliah setinggi-tingginya. Salah satu mimpi saya adalah mencicipi duduk di bangku universitas di mancanegara. Allah selalu merangkul mimpi, asala hamba-Nya mau berusaha. Sedikit demi sedikit saya mulai membaca kamus, segala macam kamus saya lahap, tak ketinggalan buku grammar yang saya pinjam dari beberapa teman, kemudian mendengarkan CD TOEFL untuk persiapan nantinya. Semoga Allah membukakan jalan. Aamiin.
     Kemudian saya pun mulai belajar, bahwa hidup harus dimulai dari bawah, bahwa hidup terkadang harus getir. Ah, iya saya mulai menahan diri dari berbagai kesulitan yang Gusti berikan, karena disana pasti oase yang Allah simpan untuk hamba-Nya yang sabar. Sekian. :)
     
    
   


Kamis, 04 Juli 2013

Pembelajaran

        Beberapa hal memang mengajarkan kita untuk berfikir dan menelaah. Ada hal yang memang baik pada masa sekarang, tapi berakibat buruk di masa depan, atau ada pula yang terlihat baik tapi karena kita tidak berfikir sehat malah menjerumuskan secara perlahan. Seperti itulah hidup, semua adalah pembelajaran. Ilmu kadang bisa jadi perisai untuk kita agar tidak menjadi korban, tapi menurut saya yang paling pokok adalah agama. Bagaimana kita merasa diawasi Tuhan, jadi segala apapun yang kita lakukan akan menjadi benar, sesuai dengan apa yang Tuhan ajarkan. Tapi, setan tidak tinggal diam bukan? Mereka sudah berjanji mengganggu sekuat tenaga agar kita mau mengikutinya.
       Saya pun pernah merasa bodoh, dimana saya pernah beberapa kali memilih hal yang salah. Ah, itu masa lalu, kali ini saya mulai belajar untuk berfikir jernih, memiliki pikiran yang visioner, bahwa hidup tak akan sama, tak akan selalu sedih, pun tak akan selalu gembira. Mulai memilih teman, memilih teman hidup juga. Hehe. Saya rasa, saya sudah menemukan teman .itu, calon tepatnya. Tapi, kehendak Tuhan siapa yang tahu. :D

Tulisan iseng ketika berdiam di Foodcourt

Sabtu, 13 April 2013

Belajar Berkebun (Maafkan Kami, Pak Tani!)

Hari Jumat kemarin, saya bersama wali kelas yang lain mengajak anak didik kami untuk berkebun. Murid kami adalah siswa akhir SMP yang sebentar lagi akan mengahadapi Ujian Nasional. Daripada mereka menganggur dan tidak ada pekerjaan sambil menunggu waktu UN, kami sengaja memilih kegiatan berkebun karena manfaat yang didapat tentunya tidak bisa disepelekan.

                                        





Kita berkebun Tomat dan Cabai. Karena bibit tomat dan cabai harus disimpan dulu di dalam polybag selama dua hari, maka kami terlebih dahulu menggarap ladang yang akan kami tanami. Serunya, karena ini pertama kali bagi mereka jadi banyak hal konyol yang terjadi. Mulai dari mencabut rumput dengan parang, karena tenaga wanita yang minim (manja sih sebenernya) jadilah proses pencabutan rumput tersebut memakan waktu yang lama, belum lagi penemuan cacing (ceilah penemuan) yang membuat mereka menjerit. Kami membagi tugas, ada yang mencabut rumput, mencangkul, membuat gundukan tanah untuk ditanami bibit, pagar, dan gapura.

Alhamdulillah semua mengerjakan tugasnya masing-masing. Kami pun sebagai wali kelas ikut membantu. Ada beberapa hikmah yang kami ambil dari berkebun kemarin;
  1.  Team Work yang terjalin diantara siswa
  2. Menanamkan nilai-nilai tentang lingkungan
  3. Membentuk karakter agar tidak menjadi manja
  4. Menumbuhkan mental untuk menghargai para Petani
  5. Mengisi liburan dengan hal yang bermanfat
Jadi, bagi para guru yang ingin mengisi kegiatan siswa akhir dengan kegiatan yang useful and fun  bisa dengan mengajak mereka dengan kegiatan berkebun agar mereka tahu bagaimana perjuangan para Petani dan tidak sembarangan membuang nasi ataupun hasil tani lainnya. ^_^